CEKUNGAN
FORMASI SEDIMEN BINTUNI, PAPUA
Secara geografis, Papua dibagi menjadi 3 komponen besar, yaitu
bagian Kepala Burung(KB), leher burung dan badan burung Papua. Cekungan Bintuni
berada di Teluk Bintuni-Papua Barat, tepatnya terletak di bagian kepala-leher
burung.
Peta
geologi regional Kepala Burung (KB) (Syawal, 2010)
Cekungan
Bintuni merupakan cekungan dengan luas ± 30.000 km2 yang cenderung berarah
utara-selatan dengan umur Tersier Akhir yang berkembang pesat selama proses
pengangkatan LFB ke timur dan blok Kemum dari sebelah utara. Cekungan ini di
sebelah timur berbatasan dengan Sesar Arguni, di depannya terdapat LFB yang
terdiri dari batuan klastik berumur Mesozoik dan batu gamping berumur
tersier yang mengalami perlipatan dan tersesarkan. Di sebelah barat cekungan
ini ditandai dengan adanya tinggian struktural, yaitu Pegunungan Sekak yang
meluas sampai ke Utara, di sebelah Utara terdapat dataran tinggi Ayamaru yang
memisahkan Cekungan Bintuni dengan Cekungan Salawati yang memproduksi minyak
bumi. Di sebelah selatan, Cekungan Bintuni dibatasi oleh Sesar Tarera-Aiduna,
sesar ini paralel dengan Sesar Sorong yang terletak di sebelah utara KB. Kedua
sesar ini merupakan sesar utama di daerah Papua Barat (Anonim, 2014).
Sebagai cekungan yang berada
di sekitar tumbukan antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia
Australia, dan Lempeng Pasifik, Cekungan Bintuni memiliki sejarah tektonik yang
sangat kompleks. Menurut Lemigas (2009), episode tektonik dan struktur geologi
yang berkembang tidak dapat dipisahkan dari empat tektonik skala besar yang
terjadi di kawasan Timur Indonesia dan Australia, yaitu:
- Rifting pada Awal Jura di sepanjang batas utara Lempeng Australia (Pulau Papua New Guinea).
- Rifting Awal Jura di sepanjang barat laut Paparan Autralia termasuk Palung Aru (NW shelf rift).
- Kolosi Neogen antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, serta subduksi pada Palung New Guinea yang menghasilkan jalur perlipatan Papua dan Lengguru.
- Kolosi Neogen antara Jalur Banda dengan Lempeng Australia yang membentuk Jalur Kepulauan Kumawa-Onin-Misool.
Peta
sketsa Elemen Tektonik Daerah Kepala Burung Papua Barat (Lemigas, 2005 dalam
Lemigas, 2009).
Semua
episode tektonik tersebut berimplikasi pada kompleksitas tataan struktur di
Papua bagian barat terutama di daerah Lengguru dan Babo pada bagian Leher
Kepala Burung. Menurut Lemigas (2005, dalam Lemigas, 2009), pola elemen-elemen
struktur geologi di Cekungan Bintuni relatif sama dengan yang secara umum ada
di daerah Kepala Burung, yaitu:
- Lineasi dengan arah timur-barat sampai barat laut-tenggara yang diwakili oleh sistem sesar naik Misool-Onin.
- Lineasi dengan arah barat laut-tenggara.
- Lineasi dengan arah timur-barat yang berasosiasi dengan Sesar Sorong.
- Lineasi dengan arah utara timur laut-selatan tenggara sampai utara-selatan yang berupa struktur terban Perem.
- Lineasi berarah utara-selatan yang berasosiasi dengan jalur perlipatan Lengguru.
STRATIGRAFI
REGIONAL
Stratigrafi Pratersier Cekungan Bintuni tidak terlepas dari
stratigrafi daerah Kepala Burung secara umum. Menurut LEMIGAS (2009), batuan
tertua yang diendapkan adalah Formasi Kemum berumur Silur sampai Devon yang
seiring perjalanan waktu telah terdeformasi sangat kuat. Sedimen Kelompok Aifam
kemudian menumpang di atasnya secara tidak selaras. Kelompok tersebut meliputi
Formasi Aimau yang berumur Karbon, Formasi Aifat yang berumur Karbon
sampai Perem, dan Formasi Ainim yang berumur Perem Akhir sampai Trias Awal.
Formasi Tipuma yang berumur Trias sampai Jura Awal menindih secara tidak
selaras Formasi Ainim. Endapan Kelompok Kambelangan kemudian menindih diatas
Formasi Tipuma secara selaras. Kelompok Kambelangan meliputi Formasi Kambelangan
Bawah dan Formasi Jass. Dalam Kelompok ini, Formasi Kambelangan Bawah yang
berumur Jura Tengah sampai Akhir ditindih secara tidak selaras oleh Formasi
Jass yang berumur Kapur Akhir. Di atas Formasi Jass adalah sedimen berumur
Tersier
Sedimen Pratersier yang mempunyai potensi menjadi elemen esensial
sistem minyak, yaitu batupasir Formasi Tipuma dan Kambelangan Bawah sebagai
reservoar, serta serpih Formasi Ainim, Tipuma, Kembelangan Bawah, dan Jass
sebagai batuan sumber
Stratigrafi Daerah Kepala Burung Papua Barat
Referensi:
- Ibrahim, Anditya, Satyana, A.H., Pudyo, N., dan Sunjana, E.S. 2006 Hydrocarbon Discovery in the Frontier Area at Eastern Indonesia: Lessons for Future Discoveries BPMIGAS, Jakarta, Indonesia. AAPG International Conference and Exhibition, Perth, West Australia.
- Lemigas, 2009. Paleogeografi dan Potensi HC Cekungan Pratersier Daerah Kepala Burung. Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas. Lemigas Jakarta.
- Panuju et., al.,2012, Zonasi Biostratigrafi Nanoplankton Berumur Coniacian - Maastrichtian (Kapur Akhir) Cekungan Bintuni, Kepala Burung, Papua, 1Exploration Division, PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta Sekretariat Badan Litbang ESDM
0 komentar:
Posting Komentar