CEKUNGAN FORMASI
SEDIMEN BONE, SULAWESI SELATAN
Pulau
Sulawesi merupakan salah satu dari lima pulau terbesar di kepulauan Indonesia,
memiliki bentuk khas seperti huruf “K”. Pulau Sulawesi ini yang terletak pada
daerah dengan tektonik kompleks di zona pertemuan antara lempeng Eurasian,
Indo-Australia dan Pasifik (Hamilton, 1979; Silver et al., 1983).
Pulau
Sulawesi terbentuk dari zona tektonik yang berarah utara-selatan (Sukamto,
1975). Zona tersebut adalah dimulai dari barat ke timur yaitu Busur Volkanik
Tersier Sulawesi Barat, Busur Volkanik Kuarter Minahasa-Sangihe, Jalur
Metamorfik Kapur-Paleogen Sulawesi Tengah, Jalur Ofiolit Kapur Sulawesi Timur
dan asosiasi sedimen pelagic penutup dan fragmen mikro benua Banda Paleozoik
yang berasal dari Lempeng Benua Australia). Kontak antara provinsi tektonik ini
adalah sesarsesar (Gambar 2).
Pada
bagian utara pulau Sulawesi terdapat Palung Sulawesi Utara yang terbentuk oleh
subduksi kerak samudera laut Sulawesi, sedangkan di bagian tenggara Sulawesi
terdapat Sesar Tolo yang dipicu oleh subduksi antara lengan tenggara Pulau
Sulawesi dengan bagian utara Laut Banda, dimana kedua struktur utama tersebut
dihubungkan oleh sesar Palu-Koro dan Matano Dibagian barat Sulawesi terdapat
selat Makassar yang memisahkan Lengan bagian barat Sulawesi dengan Busur Sunda
yang merupakan bagian lempeng Eurasia yang diperkirakan terbentuk dari proses
pemekaran lantai samudera pada masa Miosen, sedangkan dibagian timur terdapat
fragmen-fragmen benua yang berpindah karena sesar geser dari New Guinea (Hall
dan Willson 2000, dalam Armstrong, 2012).
Lokasi
Cekungan Bone, Sulawesi (modifikasi dari Camplin dan Hall, 2014).
Cekungan
Bone terletak di Teluk Bone (Gambar 1), dimana bagian barat dan timur di batasi
oleh Lengan Sulawesi Barat dan Lengan Sulawesi Timur, bagian utara dibatasi
oleh Sulawesi Tengah dan bagian selatan dibatasi oleh Laut Jawa. Teluk Bone mencakup area seluas sekitar
30.000 kilometer persegi. Kedalaman air di Teluk Bone berkisar dari 200 sampai
3.000 meter. Cekungan Bone ini dipotong oleh beberapa sesar seperti; Sesar
Palu- Koro, dan Sesar Walanae, serta diapit dua tinggian yaitu tinggian
Bonerate disebelah barat dan tinggian Kabaena di sebelah timur, mengakibatkan
berbagai jenis batuan bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat
rumit.
Pada
tahun 2011 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) mengadakan
survey geologi dan geofisika di daerah perairan Teluk Bone (Gambar 1) dengan
menggunakan Kapal Riset Geomarin III (Sarmili, 2011). Fokus utama
makalah ini adalah untuk menafsirkan proses sedimentasi di cekungan Bone
berdasarkan data seismik pantul. Perbedaan karakter reflektor dalam seismik
pantul ini akan ditafsirkan sebagai acuan jenis sedimen apa saja dan serta
hubungan stratigrafinya dalam proses pengendapannya.
Peta
Geologi Sulawesi (Hall and Wilson, 2000)
Cekungan Bone dibagi
menjadi 6, (enam) satuan batuan menurut
Yulihanto (2004) yaitu satuan batulempung A, satuan batugamping B, satuan batuan vulkanik C, satuan
batugamping D, satuan batupasir E dan satuan termuda sedimen pengisi lembah F
(Channel-filled sediment).
Sekuen A disetarakan
dengan Batulempung yang merupakan sekuen yang berada paling bawah dari cekungan
Bone dan memiliki umur yang paling tua berdasarkan pada kenampakan dari Formasi
Malawa di bagian Lengan Barat dan Formasi sedimen pelagik dan ofiolit di Lengan
Timur pada kolom kesebandingan (Gambar 12), yakni berumur Eosen dengan
ketebalan satuan ini mencapai 450 meter dengan kedalaman disekitar 3986 meter
di bawah permukaan laut.
Sekuen B disetarakan
dengan Batugamping yang diperkirakan merupakan satuan yang mewakili dari
Formasi Tonasa dan Formasi Tampakura yang berumur Oligosen (Gambar 11) dengan
ketebalan variasi yang mencapai 900 meter dengan kedalaman terdalam sekitar
3407 meter di bawah permukaan laut. Pada sekuen ini terlihat cekungan dengan
bentuk yang memanjang dengan bagian selatan lebih luas dari pada bagian utara.
Sekuen C disetarakan
dengan Batuan Vulkanik (Gambar 12) yang merupakan satuan yang mewakili Formasi
Camba dan Molasa Sulawesi Formasi Langkowala (Miosen bawah hingga tengah). Pada
cekungan ini terdapat beberapa ketebalan sedimen yang mencapai 200 meter dengan
kedalaman sekitar 3114 meter di bawah permukaan laut.
Sekuen D yang
disetarakan dengan Batugamping (Gambar 12) mewakili Formasi Tacipi dan termasuk
pada Molasa Sulawesi Formasi Eemoiko yang berumur Miosen tengah. Memiliki
ketebalan sedimen hingga 700 meter. dengan kedalaman sekitar 3021 meter di
bawah permukaan laut. Sekuen ini embentuk cekungan yang memanjang dengan arah
utara-selatan, dimana semakin kearah utara maka sedimen semakin dangkal dan
sebaliknya semakin kearah selatan sedimen semakin dalam.
Satuan Batupasir E
mewakili endapan Formasi Walanae dan Molasa Sulawesi. Satuan ini memiliki
ketebalan hingga 1000 meter pada kedalaman mencapai 3278 meter di bawah permukaan
laut. Pada sekuen ini terdapat pula cekungan Kuarter yang berada di bagian atas
darisekuen dan terisi oleh endapan baru. Morfologi sekuen ini memiliki bentuk lonjong memanjang dengan
bagian terdalam berada pada bagian selatan dan dangkal pada bagian utara.
Stratigrafi
Cekungan Bone
Sejarah Neogen
Cekungan Bone
Teluk Bone memiliki
sejarah pembentukan yang kompleks pada masa
Neogen, pemebentukan ini didominasi oleh proses ekstensi. Batuan dasar
dari Teluk Bone bukan berasal dari lempeng samudera, tetapi dari beberapa
batuan pra-Neogen. Di bagian barat tersusun oleh batuan volkanogenik, di bagian
utara tersusun oleh batuan metamorf tingkat rendah dan ofiolit, dan di bagian
timur tersusun oleh batuan metamorf dan ultramafik.
Cekungan mulai
terbentuk pada Miosen Awal, umur satuan batuan juga menunjukkan bahwa proses
ekstensi dimulai pada Miosen Tengah meskipun amblasan sudah dimulai sejak
Miosen Awal. Teluk Bone dibagi menjadi beberapa sub-cekungan dan tinggian.
Tinggian di Teluk Bone merupakan refleksi dari zona sesar geser yang berarah
barat barat laut- timur tenggara. Arah dari sesar geser ini dipengaruhi dari
struktur batuan dasar, waktu aktif dari sesar geser tersebut juga berbeda-beda.
Zona sesar geser yang berasosiasi dengan Tinggian Basa telah aktif sejak awal
pembentukan cekungan, sementara zona sesar geser yang berhubungan dengan
Tinggian Kolaka memiliki umur yang lebih muda. Hal ini dibuktikan dengan pergerakan
pada Sesar Kolaka yang ada di daratan pada Miosen Akhir hingga Pliosen.
Sesar yang membatasi
sub-cekungan memiliki orientasi utara barat laut-selatan tenggara. Sesar-sesar
tersebut memiliki komponen vertikal yang mencolok sehingga dapat menjadi indikasi
pergeseran secara horizontal. Salah satu sesar yaitu Sesar Walanae yang
terdapat di Sulawesi Selatan dan menerus hingga ke Palung Selayar. Sesar
tersebut telah teridentifikasi sebagai sesar geser, hal ini disertai dengan
komponen vertikal yang juga terdapat di Palung Selayar.
Sedimen yang terdapat
di Teluk Bone berasal dari bagian utara, timur, danbarat cekungan. Pada batas
cekungan terdapat endapan karbonat yang berumursama dengan endapan laut dalam
yang terdapat di pusat cekungan.Ketidakselarasan antara Satuan D dan E dengan
satuan batuan di atasnya menjaditanda saat Pulau Sulawesi mengalami
pengangkatan sekaligus saat Teluk Bone mengalami amblasan. Pergerakan pada Zona
Sesar Walanae dan Zona Sesar Bonerate menyebabkan inversi dan pengungkitan pada
cekungan. Peristiwa-peristiwa tersebut menyebabkan sedimen silisiklastik dari
utara cekungan masuk ke Teluk Bone, hal ini kemudian diikuti dengan pembentukan
Ngarai Bone yang mengarah ke selatan, pembentukan paparan batuan karbonat yang
menunjukkan bentuk drowning di tepi cekungan, dan back-stepping batuan
karbonat.
Referensi:
- Armstrong, F. S., 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Institut Teknologi Bandung.
- Bemmelen, R.W.V., 1949, The Geology of Indonesia, vol. I A, Government Printing Office, The Hague.
- Camplin, D.J. dan Hall, R. 2013. Insight into the Structural and Stratigraphic Development of Bone Gulf, Sulawesi. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 37th Annual Convention and Exhibition May 2013.
- Darman H., dan Hasan F. S., 2000. An Outline of The Geology of Indonesia, Published by IAGI- 2000, h. 101-120.
- Hamilton, W.H., 1970. Tectonic Map of Indonesia.USGS, Denver, Colorado.
- Lili Sarmili et. al., 2016, PROSES SEDIMENTASI CEKUNGAN BONE BERDASARKAN PENAFSIRAN SEISMIK REFLEKSI DI PERAIRAN TELUK BONE SULAWESI SELATAN, JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14
- Sudarmono, 1999. Tectonic And Stratigraphic Evolution Of The Bone Basin,Indonesia: Insights To The Sulawesi Collision Complex. 27thProceedings, IPA Oktober 1999.
0 komentar:
Posting Komentar