Senin, 01 April 2019

CEKUNGAN FORMASI SEDIMEN BONE, SULAWESI SELATAN


CEKUNGAN FORMASI SEDIMEN BONE, SULAWESI SELATAN


Pulau Sulawesi merupakan salah satu dari lima pulau terbesar di kepulauan Indonesia, memiliki bentuk khas seperti huruf “K”. Pulau Sulawesi ini yang terletak pada daerah dengan tektonik kompleks di zona pertemuan antara lempeng Eurasian, Indo-Australia dan Pasifik (Hamilton, 1979; Silver et al., 1983).

Pulau Sulawesi terbentuk dari zona tektonik yang berarah utara-selatan (Sukamto, 1975). Zona tersebut adalah dimulai dari barat ke timur yaitu Busur Volkanik Tersier Sulawesi Barat, Busur Volkanik Kuarter Minahasa-Sangihe, Jalur Metamorfik Kapur-Paleogen Sulawesi Tengah, Jalur Ofiolit Kapur Sulawesi Timur dan asosiasi sedimen pelagic penutup dan fragmen mikro benua Banda Paleozoik yang berasal dari Lempeng Benua Australia). Kontak antara provinsi tektonik ini adalah sesarsesar (Gambar 2).

Pada bagian utara pulau Sulawesi terdapat Palung Sulawesi Utara yang terbentuk oleh subduksi kerak samudera laut Sulawesi, sedangkan di bagian tenggara Sulawesi terdapat Sesar Tolo yang dipicu oleh subduksi antara lengan tenggara Pulau Sulawesi dengan bagian utara Laut Banda, dimana kedua struktur utama tersebut dihubungkan oleh sesar Palu-Koro dan Matano Dibagian barat Sulawesi terdapat selat Makassar yang memisahkan Lengan bagian barat Sulawesi dengan Busur Sunda yang merupakan bagian lempeng Eurasia yang diperkirakan terbentuk dari proses pemekaran lantai samudera pada masa Miosen, sedangkan dibagian timur terdapat fragmen-fragmen benua yang berpindah karena sesar geser dari New Guinea (Hall dan Willson 2000, dalam Armstrong, 2012).

Lokasi Cekungan Bone, Sulawesi (modifikasi dari Camplin dan Hall, 2014).

Cekungan Bone terletak di Teluk Bone (Gambar 1), dimana bagian barat dan timur di batasi oleh Lengan Sulawesi Barat dan Lengan Sulawesi Timur, bagian utara dibatasi oleh Sulawesi Tengah dan bagian selatan dibatasi oleh Laut Jawa.  Teluk Bone mencakup area seluas sekitar 30.000 kilometer persegi. Kedalaman air di Teluk Bone berkisar dari 200 sampai 3.000 meter. Cekungan Bone ini dipotong oleh beberapa sesar seperti; Sesar Palu- Koro, dan Sesar Walanae, serta diapit dua tinggian yaitu tinggian Bonerate disebelah barat dan tinggian Kabaena di sebelah timur, mengakibatkan berbagai jenis batuan bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat rumit.

Pada tahun 2011 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) mengadakan survey geologi dan geofisika di daerah perairan Teluk Bone (Gambar 1) dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III (Sarmili, 2011). Fokus utama makalah ini adalah untuk menafsirkan proses sedimentasi di cekungan Bone berdasarkan data seismik pantul. Perbedaan karakter reflektor dalam seismik pantul ini akan ditafsirkan sebagai acuan jenis sedimen apa saja dan serta hubungan stratigrafinya dalam proses pengendapannya.

Peta Geologi Sulawesi (Hall and Wilson, 2000)

Cekungan Bone dibagi menjadi 6,  (enam) satuan batuan menurut Yulihanto (2004) yaitu satuan batulempung A, satuan batugamping  B, satuan batuan vulkanik C, satuan batugamping D, satuan batupasir E dan satuan termuda sedimen pengisi lembah F (Channel-filled sediment).

Sekuen A disetarakan dengan Batulempung yang merupakan sekuen yang berada paling bawah dari cekungan Bone dan memiliki umur yang paling tua berdasarkan pada kenampakan dari Formasi Malawa di bagian Lengan Barat dan Formasi sedimen pelagik dan ofiolit di Lengan Timur pada kolom kesebandingan (Gambar 12), yakni berumur Eosen dengan ketebalan satuan ini mencapai 450 meter dengan kedalaman disekitar 3986 meter di bawah permukaan laut.

Sekuen B disetarakan dengan Batugamping yang diperkirakan merupakan satuan yang mewakili dari Formasi Tonasa dan Formasi Tampakura yang berumur Oligosen (Gambar 11) dengan ketebalan variasi yang mencapai 900 meter dengan kedalaman terdalam sekitar 3407 meter di bawah permukaan laut. Pada sekuen ini terlihat cekungan dengan bentuk yang memanjang dengan bagian selatan lebih luas dari pada bagian utara.

Sekuen C disetarakan dengan Batuan Vulkanik (Gambar 12) yang merupakan satuan yang mewakili Formasi Camba dan Molasa Sulawesi Formasi Langkowala (Miosen bawah hingga tengah). Pada cekungan ini terdapat beberapa ketebalan sedimen yang mencapai 200 meter dengan kedalaman sekitar 3114 meter di bawah permukaan laut.

Sekuen D yang disetarakan dengan Batugamping (Gambar 12) mewakili Formasi Tacipi dan termasuk pada Molasa Sulawesi Formasi Eemoiko yang berumur Miosen tengah. Memiliki ketebalan sedimen hingga 700 meter. dengan kedalaman sekitar 3021 meter di bawah  permukaan laut. Sekuen ini  embentuk cekungan yang memanjang dengan arah utara-selatan, dimana semakin kearah utara maka sedimen semakin dangkal dan sebaliknya semakin kearah selatan sedimen semakin dalam.

Satuan Batupasir E mewakili endapan Formasi Walanae dan Molasa Sulawesi. Satuan ini memiliki ketebalan hingga 1000 meter pada kedalaman mencapai 3278 meter di bawah permukaan laut. Pada sekuen ini terdapat pula cekungan Kuarter yang berada di bagian atas darisekuen dan terisi oleh endapan baru. Morfologi  sekuen ini memiliki bentuk lonjong memanjang dengan bagian terdalam berada pada bagian selatan dan dangkal pada bagian utara.

Stratigrafi Cekungan Bone

Sejarah Neogen Cekungan Bone
Teluk Bone memiliki sejarah pembentukan yang kompleks pada masa  Neogen, pemebentukan ini didominasi oleh proses ekstensi. Batuan dasar dari Teluk Bone bukan berasal dari lempeng samudera, tetapi dari beberapa batuan pra-Neogen. Di bagian barat tersusun oleh batuan volkanogenik, di bagian utara tersusun oleh batuan metamorf tingkat rendah dan ofiolit, dan di bagian timur tersusun oleh batuan metamorf dan ultramafik.

Cekungan mulai terbentuk pada Miosen Awal, umur satuan batuan juga menunjukkan bahwa proses ekstensi dimulai pada Miosen Tengah meskipun amblasan sudah dimulai sejak Miosen Awal. Teluk Bone dibagi menjadi beberapa sub-cekungan dan tinggian. Tinggian di Teluk Bone merupakan refleksi dari zona sesar geser yang berarah barat barat laut- timur tenggara. Arah dari sesar geser ini dipengaruhi dari struktur batuan dasar, waktu aktif dari sesar geser tersebut juga berbeda-beda. Zona sesar geser yang berasosiasi dengan Tinggian Basa telah aktif sejak awal pembentukan cekungan, sementara zona sesar geser yang berhubungan dengan Tinggian Kolaka memiliki umur yang lebih muda. Hal ini dibuktikan dengan pergerakan pada Sesar Kolaka yang ada di daratan pada Miosen Akhir hingga Pliosen.

Sesar yang membatasi sub-cekungan memiliki orientasi utara barat laut-selatan tenggara. Sesar-sesar tersebut memiliki komponen vertikal yang mencolok sehingga dapat menjadi indikasi pergeseran secara horizontal. Salah satu sesar yaitu Sesar Walanae yang terdapat di Sulawesi Selatan dan menerus hingga ke Palung Selayar. Sesar tersebut telah teridentifikasi sebagai sesar geser, hal ini disertai dengan komponen vertikal yang juga terdapat di Palung Selayar.

Sedimen yang terdapat di Teluk Bone berasal dari bagian utara, timur, danbarat cekungan. Pada batas cekungan terdapat endapan karbonat yang berumursama dengan endapan laut dalam yang terdapat di pusat cekungan.Ketidakselarasan antara Satuan D dan E dengan satuan batuan di atasnya menjaditanda saat Pulau Sulawesi mengalami pengangkatan sekaligus saat Teluk Bone mengalami amblasan. Pergerakan pada Zona Sesar Walanae dan Zona Sesar Bonerate menyebabkan inversi dan pengungkitan pada cekungan. Peristiwa-peristiwa tersebut menyebabkan sedimen silisiklastik dari utara cekungan masuk ke Teluk Bone, hal ini kemudian diikuti dengan pembentukan Ngarai Bone yang mengarah ke selatan, pembentukan paparan batuan karbonat yang menunjukkan bentuk drowning di tepi cekungan, dan back-stepping batuan karbonat.

Referensi:

  • Armstrong, F. S., 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Institut Teknologi Bandung.
  • Bemmelen, R.W.V., 1949, The Geology of Indonesia, vol. I A, Government Printing Office, The Hague.
  • Camplin, D.J. dan Hall, R. 2013. Insight into the Structural and Stratigraphic Development of Bone Gulf, Sulawesi. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 37th Annual Convention and Exhibition May 2013.
  • Darman H., dan Hasan F. S., 2000. An Outline of The Geology of Indonesia, Published by IAGI- 2000, h. 101-120.
  • Hamilton, W.H., 1970. Tectonic Map of Indonesia.USGS, Denver, Colorado.
  • Lili Sarmili et. al., 2016, PROSES SEDIMENTASI CEKUNGAN BONE BERDASARKAN PENAFSIRAN SEISMIK REFLEKSI DI PERAIRAN TELUK BONE SULAWESI SELATAN, JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14
  • Sudarmono, 1999. Tectonic And Stratigraphic Evolution Of The Bone Basin,Indonesia: Insights To The Sulawesi Collision Complex. 27thProceedings, IPA Oktober 1999.



0 komentar:

Posting Komentar