CEKUNGAN
FORMASI SEDIMEN ASEM-ASEM, KALIMANTAN SELATAN
Cekungan
Asem-asem adalah salah satu cekungan Tersier di Indonesia yang mempunyai
potensi sumber daya energi cukup besar, seperti minyak dan gas bumi serta
batubara. Cekungan Asem-asem berlokasi di tenggara dari Kerak Benua Sundaland
dan dipisahkan Cekungan Barito oleh Pegunungan Meratus di bagian Barat.
Cekungan Asem-Asem terletak pada bagian Tenggara dari batas lempeng benua
Sundaland. Cekungan ini terpisahkan dari Cekungan Barito oleh Pegunungan Meratus
di sebelah Baratnya.
Peta Lokasi Cekungan Asem-Asem (Rasoul Sorkhobi, 2012)
Cekungan Asem-Asem
terletak di Kalimantan Selatan dan di sebelah Timur dari sayap Pegunungan
Meratus. Bagian sayap timur yang wilayahnya mencakup wilayah lepas pantai diperkirakan
memiliki batugamping Oligosen Atas sampai Miosen Bawah terutama di atas basement.
Ke Utara, cekungan ini terpisahkan dengan Cekungan Kutai dengan adanya Adang Flexure
atau sesar yang memisahkan Barito dengan Kutai. Ke arah Selatan, memanjang
ke arah Laut Jawa hingga Tinggian Florence. Cekungan ini berbentuk asimetris
dengan bagian depan di zona frontal dari Pegunungan Meratus dan paparan ke arah
kraton Sundaland.
Peta
geologi regional Kalimantan
Fisiografi
Pulau Kalimantan
umumnya merupakan daerah rawa-rawa dan fluvial. Selain itu juga terdapat daerah
dataran dan pegunungan yang tersebar di pulau ini. Dataran yang ada tersebar di
bagian tepi-tepi pulau dan sebagian besar daerah pegunungan berada di tengah
pulau. Pada bagian utara Pulau Kalimantan merupakan zona Pegungungan Kinibalu
dna pada bagian Baratlaut terdapat jajaran Pegunungan Muller dan Pegunungan
Schwaner. Pada bagian selatan terdapat Pegunungan Meratus.
Fisiografi
Pulau Kalimantan, tanpa skala (Bachtiar, 2005).
Van Bemmelen (1949)
membagi bagian barat Pulau Kalimantan menjadi dua bagian, yaitu:
- Pegunungan Kapuas Atas, berada di antara Lembah Rejang di bagian utara,Cekungan Kapuas Atas dan Lembah Batang Lupar di bagian selatan.
- Madi Plateu, berada di antara Cekungan Kapuas Atas dan Sungai Melawi.
Sedangkan pada bagian
Timur Kalimantan, Van Bemmelen (1949) juga membagi daerah ini menjadi dua
bagian, yaitu:
- Rangkaian pegunungan di Kalimantan bagian Utara, berakhir di Semenanjung Teluk Darvel.
- Rangkaian pengunungan lainnya, berakhir di Semenanjung Mangkalihat.
Di Pulau Kalimantan
Selatan sendiri memiliki beberapa sungai besar, di antaranya Sungai Kapuas,
Sungai Barito, Sungai Negara dan Sungai Kahayan. Sungai Barito merupakan sungai
terbesar kedua di Pulau Kalimantan. Sungai Barito ini berhulu di Pegunungan
Muller dan menghasilkan Cekungan Barito yang dibatasi oleh Pegunungan Meratus
pada bagian timur. Sungai-sungai di daerah Kalimantan Selatan ini berhulu di
bagian tengah Pulau Kalimantan yaitu Pegunungan Schwaner dan juga Pegunungan
Muller. Pegunungan Schwaner dan Muller ini memiliki ketinggian antara 200-2000
meter di atas permukaan laut. Sedangkan arah aliran sungai-sungai ini relative
berarah utara-selatan dan bermuara di Laut Jawa. Sungai-sungai ini mengalir
pada ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut. Daerah aliran sungai-sungai
besar ini menempati sebagian besar dari bagian Selatan Pulau Kalimantan. Di
bagian timur Provinsi Kalimantan Selatan terdapat Pegunungan Kompleks Meratus
yang merupakan jejak adanya kegiatan subduksi pada umur Kapur (Rotinsulu dkk.,
2006).
Stratigrafi
Cekungan yang
terdapat di Kalimantan Selatan yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem
yang secara umum memiliki ciri-ciri susunan stratigrafi dari tua ke muda yang
relatif sama. Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem ini dipisahkan oleh
Pegunungan Meratus. Pada bagian utara berbatasan dengan Cekungan Kutai yang dipisahkan oleh Sesar Andang. Sedangkan
pada bagian barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Pada mulanya Cekungan Barito dan
Cekungan Asem-asem merupakan satu cekungan yang sama, hingga pada Miosen Awal
terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus yang menyebabkan terpisahnya kedua
cekungan tersebut (Satyana, 1995).
Stratigrafi daerah
Kalimantan Selatan meliputi beberapa formasi, yaitu basement berupa
Batuan Malihan, Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, dan Formasi
Dahor serta Endapan Aluvial. Formasi-formasi ini berumur Eosen sampai Pliosen.
Batuan alas (basement)
yang berupa batuan malihan tingkat tinggi yang terdiri atas sekis amfibolit dan
malihan tingkat rendah yang terdiri atas filit. Sikumbang (1986) memperkenalkan
batuan malihan tingkat tinggi ini sebagai Sekis Hauran yang tersusun oleh sekis
hijau yang mengandung mineral kuarsa, muskovit, biotit, hornblenda, epidot dan malihan
tingkat rendah sebagai Filit Pelaihari yang terdiri atas filit yang mengandung
mineral klorit dan mika pada bidang permukaan yang mengkilap dan batusabak.
Batuan malihan ini memiliki umur Jura.
Formasi Tanjung
pertama kali diperkenalkan oleh Pertamina (1980; dalam Supriatna dkk., 1981)
untuk formasi batuan Tersier tertua di lapangan minyak Tanjung. Formasi Tanjung
yang tersusun oleh perselingan batupasir kasar, batupasir konglomeratan dan
konglomerat di bagian bawah, batulempung berwarna kelabu di bagian tengah dan
perselingan tipis batulanau dan batupasir halus di bagian atas yang memiliki
lingkungan pengendapan sungai atau fluvial dan berumur Eosen Akhir (Martini,
1971). Pada bagian atas formasi ini terdapat batuan karbonat yang merupakan
awal dari terbentuknya Formasi Berai.
Formasi Berai
diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung, tetapi pada beberapa bagian
terdapat hubungan yang menunjukkan adanya ketidakselarasan. Tetapi secara umum
formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Tanjung. Formasi Berai yang
didominasi oleh batugamping ini memiliki lingkungan pengendapan terumbu depan, mungkin antara terumbu
belakang, sublitoral pinggir, relatif dangkal, mungkin kurang dari 30 meter,
berupa laut dangkal atau lagoon yang berumur Oligosen Akhir – Miosen
Awal (Te1-5 Adams, 1970).
Formasi Warukin
digunakan pertama kali oleh Pertamina (1980; dalam Supriatna dkk., 1981) dan
lokasi tipenya terdapat di daerah Kambilin, Balikpapan,Kalimantan Timur. Secara
selaras Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai yang tersusun oleh
batulempung warna kelabu, sisipan batupasir dan batubara. Bagian bawah dari
runtunan batuan ini terdiri atas dominasi batulempung warna kelabu sampai
kehitaman dengan sisipan batupasir hasul-sedang dengan struktur sedimen paralel
laminasi dari material karbon, flaser dan burrow. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan pengendapan rawa dan pasang surut yang berumur
Miosen Awal –
Miosen Akhir.
Formasi Dahor
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Warukin. Formasi Dahor tersusun
oleh batulempung sampai batulempung pasiran, batupasir kasar – konglomeratan
yang berstruktur sedimen butiran bersusun (gradded bedding), batupasir
kemerahan yang berstruktu sedimen laminasi sejajar dan silangsiur serta
konglomerat yang memiliki komponen batuan granit, malihan, sedimen dan vulkanik
dengan ukuran 5-15 cm.
Formasi Dahor
memiliki lingkungan pengendapan delta dan berumur Plio-Plistosen. Endapan
Aluvial pada Cekungan Asem-asem merupaka hasil dari proses sungai (fluviatil)
yang terdiri dari endapan lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah yang
berumur Kuarter.
Stratigrafi
regional daerah Asem-asem
Struktur Geologi
Struktur geologi yang
terdapat di Kalimantan Selatan adalah antiklin, sinklin, sesar naik, sesar
mendatar, dan sesar turun. Sumbu lipatan umumnya berarah timurlaut-baratdaya
dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal. Di Kalimantan Selatan terdapat
dua cekungan besar, yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem. Dua cekungan
ini dibatasi oleh Pegunungan Meratus yang melintang dari utara- baratdaya.
Cekungan Barito dan Cekungan Kutai ini dipisahkan oleh sebuah sesar yang
berarah timur-barat di bagian utara dari Provinsi Kalimantan Selatan, sesar ini
dikenal dengan nama Sesar Adang (Mudjiono dan Pireno, 2006).
Struktur
geologi regional Cekungan Asem-asem
Regim struktur yang
terjadi di Cekungan Barito adalah regim transpression dan transtension.
Struktur yang didapati adalah lipatan yang berarah utara timurlaut-selatan
baratdaya (NNE-SSW) pada bagian utara cekungan. Sedangkanpada Pegunungan
Meratus terdapat sesar-sesar yang membawa basement. Sesar–sesar ini
ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di Pegunungan Meratus yaitu di bagian utara pegunungan ini berarah utara
timurlaut-selatan baratdaya (NNE- SSW) dan yang berada di bagian selatan
berarah utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa
sinklin. Sesar-sesar naik banyak terdapat pada daerah Pegunungan Meratus dengan
arah umum utara timurlaut-selatan baratdaya (NNE-SSW). Sesar-sesar
mendatar juga banyak ditemui di Pegunungan Meratus ini, umunya tidak terlalu
panjang, berbeda dengan sesar naik yang memiliki kemenerusan yang pajang.
Sesar-sesar mendatar umumnya berupa sesar mengiri dan berarah
baratlaut-tenggara (Satyana, 2000).
Studi dari data
geofisika menunjukkan bahwa antiklinorium Meratus – Samarinda diperkirakan
mempunyai kemiringan sumbu berarah umum utara dan secara regional terindikasi
berdasarkan jurus batuan bahwa zona patahan secara umum dapat dibagi menjadi
tiga blok yaitu blok utara, tengah dan selatan. Blok utara telah mengalami
pengangkatan pada sayap sebelah barat anticlinorium di sepanjang utara zona sesar dan disebut sebagai zona sesar
Tanjung. Blok tengah terletak antara zona sesar Tanjung dan zona sesar Klumpang
yang dicirikan oleh munculnya batuan terobosan granitik dan ultrabasa sepanjang
zona sesar. Sedangkan blok selatan dicirikan oleh luasnya perkembangan sesar
berarah timur laut yang erat kaitannya dengan komplek batuan terobosan diorit
dan ultrabasa. Sejumlah sesar berarah tenggara - barat laut yang berasosiasi
dengan endapan magnetit di wilayah Pleihari dan dapat diamati dari munculnya
perpotongan sistem sesar dari semua blok diatas.
Referensi:
- Heryanto, R., 2010. Geologi Cekungan Barito. Bandung: Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral.
- Muhammad Hidayat Et Al, 2015, Kondisi Dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-Asem, Provinsi Kalimantan Selatan, Jurusan Teknik Geologi,Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta
- http://suarageologi.blogspot.co.id/2012/06/stratigrafi-cekungan-asem-asem_14.html
- http://rorygeobumi.blogspot.co.id/2012/04/fisiografi-kalimantan.html
- http://rorygeobumi.blogspot.co.id/2012/04/kerangka-tektonik-regional-kalimantan.html
0 komentar:
Posting Komentar