Teknologi Panel
Surya: Cara kerja, Sejarah dan
Perkembangannya
Alam
semesta mengandung jutaan energi di dalamnya, namun sayangnya manusia baru
bisa memanfaatkan sebagian kecil dari
energi alam. Contoh energi alam adalah cahaya matahari yang dimanfaatkan untuk
perkembangan teknologi di zaman modern, salah satu pemanfaatan energi matahari
adalah teknologi solar sell atau panel surya. Dengan panel surya ini Anda bisa
menghasilkan energi listrik dari cahaya matahari.
Energi
surya adalah energi yang berupa sinar dan panas dari matahari. Energi ini dapat
dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas surya,
fotovoltaik surya, listrik panas surya, arsitektur surya, dan fotosintesis
buatan.
Teknologi
energi surya secara umum dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni teknologi
pemanfaatan pasif dan teknologi pemanfaatan aktif. Pengelompokan ini tergantung
pada proses penyerapan, pengubahan, dan penyaluran energi surya. Contoh
pemanfaatan energi surya secara aktif adalah penggunaan panel fotovoltaik dan
panel penyerap panas. Contoh pemanfaatan energi surya secara pasif meliputi
mengarahkan bangunan ke arah matahari, memilih bangunan dengan massa termal
atau kemampuan dispersi cahaya yang baik, dan merancang ruangan dengan
sirkulasi udara alami.
Cara Kerja Teknologi
Sel Surya
Sel
surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau sambungan,
dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda,
dan saat disinari dengan cahaya matahari
dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial
menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit
dalam skala milliampere per cm2. Besar
tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya
sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul surya
biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc
sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya
tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total
tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi
tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.
Sel
surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction
antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari
ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan
elektron (muatan negatif) sedangkan
semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur
atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan
hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant.
Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh
atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon
didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan junction
semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Peran
dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron
(dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik.
Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan
bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif
pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran
elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n
junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju
kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya
hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan
pada gambar dibawah.
Sesuai
dengan perkembangan sains dan teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun
berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu,
dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-bagian penyusun sel yang
berbeda pula Dalam tulisan ini akan dibahas struktur dan cara kerja dari sel
surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis material
silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja sel surya
generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).
Gambar
diatas menunjukan ilustrasi sel surya
dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri dari :
a.
Substrat/Metal backing
Substrat
dalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat juga
harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai
kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal
atau logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga
berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu
material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan
flourine doped tin oxide (FTO).
b.
Material semikonduktor
Material
semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai
tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama
(silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material
semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk
kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang
umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan
tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu
contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan
amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain
yang dalam sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan
Cu2O (copper oxide).Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau
gabungan dari dua material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p
(material-material yang disebutkan diatas) dan
tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll)
yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip
kerja sel surya. Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n
junction dan sel surya akan dibahas
dibagian “cara kerja sel surya”.
c.
Kontak metal / contact grid
Selain
substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor
biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai
kontak negatif.
d.
Lapisan antireflektif
Refleksi
cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh
semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan
anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan
besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan
cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang
dipantulkan kembali.
e.
Enkapsulasi / cover glass
Bagian
ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau
kotoran.
Sejarah Teknologi
Panel Surya
Berdasarkan
catatan sejarah, teknologi panel surya bahkan sudah ada di abad ke-18, tepatnya
pada tahun 1839 seorang ahli fisika asal Perancis bernama Alexandre Edmund
Becquerel pertama kali mencetuskan teknologi panel surya. Awalnya teknologi
panel surya pertama kali dicetuskan oleh beliau melalui percobaan penyinaran
dua elektroda menggunakan berbagai spektrum cahaya yang menghasilkan efek
Photovoltaic. Photovoltaic (Photo = cahaya dan voltaic = tegangan listrik)
merupakan proses pembentukan energi listrik dari energi cahaya. Namun pada saat
itu, jumlah energi listrik yang dihasilkan terlalu sedikit dan mudah habis.
Pada
tahun 1873, seorang ilmuan bernama Willoughby Smith mnemukan selenium yang
berfungsi sebagai suatu elemen photo conductivity. Membawa sedikit angin segar
dan harapan agar cahaya menghasilkan energi dapat terwujud.
Hingga
pada tahun 1883 charles Fritz mencoba melakukan penelitian dengan melapisi
semikonduktor selenium dengan lapisan emas yang sangat amat tipis. Photovoltaic
yang dibuatnya menghasilkan efisiensi kurang dari 1%.
Kemudian
di tahun 1876, seorang guru bernama William Grylls Adam dan muridnya Richards
Evans Day memperkuat penelitian Alexandre Edmund Becquerel yang mengemukakan
bahwa di dunia ini terdapat benda material padat, yakni selenium yang dapat
menghasilkan energi listrik apabila selenium terkena sinar tertentu. Meski
hanya menghasilkan energi listrik dalam jumlah sedikit namun percobaan ini
sekaligus membuktikan bahwa energi listrik dapat dihasilkan dari energi cahaya.
Pada
tahun 1904, Albert Einstein pernah meneliti mengenai solar sell dan beliau
menamakan percobaan tersebut dengan nama Efek Fotolistrik. Barulah di tahun
1941, peneliti bernama Russel Ohl berhasil mengembangkan teknologi panel surya
sekaligus mematenkan produknya tersebut. Beliau dikenal sebagai orang pertama
yang menemukan teknologi solar cell (panel surya) dan penggunaan panel surya
buatannya masih digunakan sampai sekarang.
Dalam
pembuatan panel surya, beliau membutuhkan silicon. Sebuah panel surya dapat
menghasilkan listrik karena bahan semikonduktor di dalamnya seperti silikon.
Ketika silikon berkontak langsung dengan cahaya, maka dapat menimbulkan reaksi
yang nantinya menghasilkan energi listrik.
Pihak
Bell Laboratories berhasil menemukan lempeng yang sangat tepat untuk digunakan
sebagai bahan dasar cikal bakal panel surya. Penemuan yang dilakukan oleh
Gerald Pearson, Daryl Chapin, dan Souther Fuller secara tidak sengaja menemukan
bahwa silicon yang digabungkan dengan unsur-unsur di dalam logam utama yang dihasilkan
dari pross ekstraksi ternyata sensitif terhadap cahaya.
Bisa
dibayangkan, bagaimana perjuangan para ilmuan diatas, dengan rentan waktu yang
cukup lama yaitu 115 tahun demi menemukan tonggak awal dari panel surya yang
sekarang banyak digunakan dinegara-negara maju. Ilmu dari Ilmuan awal
diteruskan pada generasi berikutnya terus diteruskan ke generasi berikutnya dan
terus demikian hingga akhirnya mencapai efesiensi yang baik.
Perkembangan
Teknologi Panel Surya
Berdasarkan
data terakhir mengungkapkan bahwa bumi diperkirakan akan mengalami krisis
energi pada tahun 2060 dikarenakan menipisnya jumlah minyak bumi. Untuk itulah
para peneliti di zaman sekarang berlomba-lomba mencari bahan alternatif, salah
satunya dengan memanfaatkan energi matahari untuk menghasilkan energi.
Negeri
Jepang bahkan sudah memanfaatkan teknologi panel surya sejak tahun 1980-an atau
sekitar 3 dekade yang lalu, kemudian disusul negara maju di Eropa dan Amerika.
Penggunaan solar sell juga merambah di bidang otomotif dan gadget, misalnya
pembuatan mobil tenaga surya, mobilephone dan power bank tenaga surya. Berikut
adalah perkembangan penerapan teknologi surya.
1.
Rumah
berteknologi Tenaga Panel Surya
Rancangan rumah
berteknologi pasif khusus untuk iklim lembab dan subtropis panas, Fitur umum
dari arsitektur surya pasif adalah arah bangunannya terhadap matahari, ukuran
bangunan yang tepat (rasio luas permukaan dengan volume yang kecil), pemilihan
penghalang (serambi), dan penggunaan massa termal.[20] Ketika fitur-fitur ini
digunakan bersama, dapat dihasilkan ruangan yang terang dan berada pada temperatur
nyaman.
Rumah kaca seperti
ini di munisipalitas Westland, Belanda, digunakan untuk menumbuhkan sayuran,
buah, dan bunga.
Pemanas air surya
menghadap matahari untuk memaksimalkan penyerapan. Sistem air panas surya
menggunakan sinar matahari untuk memanaskan air. Di daerah dengan lintang bujur
geografis rendah (di bawah 40 derajat), 60% - 70% air panas untuk keperluan
rumah tangga dengan temperatur sampai dengan 60 °C dapat diperoleh dengan
menggunakan sistem pemanasan surya
2.
Kendaraan
Tenaga Panel Surya
Kehadiran
motor dan mobil bertenaga surya menambah daftar teknologi yang memanfaatkan
panel surya di abad ini. Bagamana tidak, kini banyak perusahaan mobil yang
peduli terhadap kondisi alam dengan menciptakan mobil ramah lingkungan.
Keuntungan utama dari kendaraan panel surya adalah mengurangi penggunaan minyak
bumi yang jumlahnya semakin menipis. Selain itu, mobil ini mampu berjalan
terus-menerus asalkan berada di bawah sinar matahari langsung.
Pada
tahun 1974, pesawat tanpa awak AstroFlight Sunrise melakukan penerbangan
perdana menggunakan tenaga surya. Pada tanggal 29 April 1979, Solar Riser
melakukan penerbangan perdana menggunakan tenaga surya, dengan kendali penuh
dan mampu mengangkat seseorang mencapai ketinggian 40 kaki (12 m). Pada tahun
1980, Gossamer Penguin melakukan penerbangan perdana bertenaga surya dengan
pilot yang ditenagai hanya dengan sel fotovoltaik. Penerbangan ini dengan cepat
diikuti oleh Solar Challenger yang melintasi terusan Inggris pada bulan Juli
1981. Pada tahun 1990, Eric Scott Raymond terbang dari California menuju
Carolina Utara mennggunakan tenaga surya. Perkembangan pesawat tenaga surya
kembali ke model pesawat tanpa awak dengan model Pathfinder (tahun 1997) dan
rancangan selanjutnya, yang menghasilkan model Helios yang berhasil mengukir
rekor ketinggian untuk pesawat tanpa roket pada ketinggian 29.524 meter (96.864
kaki) pada tahun 2001. Pesawat Zephyr yang dikembangkan oleh BAE Systems adalah
pesawat terbaru yang menembus rekor penerbangan bertenaga surya, dengan terbang
selama 54 jam pada tahun 2007, dan penerbangan selama sebulan direncanakan pada
tahun 2010.
3.
Jaket
Tenaga Surya
Sebuah
inovasi teknologi baru kembali muncul, yakni sebuah jaket tenaga surya yang
mampu menyimpan energi listrik dari cahaya matahari dan dapat digunakan untuk
mengisi daya baterai smartphone. Bagi Anda yang sedang liburan dan tidak sempat
membawa power bank atau power banknya sudah mati, Anda bisa menggunakan
alternatif kedua dengan membeli jaket tenaga surya.
Dengan
memiliki kapasitas hingga 1.500 mAh, Anda pun dapat mengisi daya smartphone
sampai penuh. Harga sebuah jaket tenaga surya dibanderol sekitar 7,2 jutaan.
Meski harus merogoh kocek sedikit dalam, tapi alat ini bisa awet hingga 15
tahun lamanya.
4.
Drone
Tenaga Panel Surya
Hampir
semua produk drone tertanam sebuah baterai yang memungkinkan dapat terbang
sekitar 20 menit saja. Untuk mengatasi hal itu, perusahaan asal Amerika
mengembangkan drone yang menggunakan angin maupun solar sell sebagai sumber
energinya. Keuntungannya adalah, sumber energi tersebut tidak ada habisnya dan
membuat waktu terbang drone relatif lama. Target utama pembuatan drone ini
adalah industri yang memerlukan drone dapat terbang dalam jangka waktu lama.
5.
Sistem
Pembangkit Listrik Surya
Pembangkit
listrik tenaga surya juga menjadi perkembangan di Indonesia. Dengan penggunaan Sistem
Pembangkit Listrik Surya, biaya token listrik perbulannya dapat berkurang dan
menghemat anggaran bulanan. Di zaman serba modern ini, Sistem Pembangkit
Listrik Surya dapat menyimpan energi listrik dalam jumlah banyak di siang hari
dan digunakan di malam hari ataupun keesokan harinya.
Tenaga
surya adalah proses pengubahan cahaya matahari menjadi listrik, baik secara
langsung menggunakan fotovoltaik, atau secara tak langsung menggunakan tenaga
surya terpusat (concentrated solar power, CSP). Sistem CSP menggunakan lensa
atau cermin dan sistem lacak untuk memfokuskan paparan cahaya matahari yang
luas menjadi seberkas sinar yang kecil. PV mengubah cahaya menjadi aliran listrik
menggunakan efek fotolistrik.
Pembangkit
CSP komersial pertama kali dikembangkan pada tahun 1980an. Sejak tahun 1985,
pemasangan SEGS CSP berkapasitas 354 MW di gurun Mojave, California adalah
pembangkit listrik surya terbesar di dunia. Pembangkit listrik CSP lain
meliputi pembangkit listrik tenaga surya Solnova berkapasitas 150 MW dan
pembangkit listrik tenaga surya Andasol berkapasitas 100 MW; keduanya berada di
Spanyol. Proyek Surya Agua Caliente berkapasitas 250 MW di Amerika Serikat dan
Lahan Surya Charanka berkapasitas 221 MW di India adalah pembangkit fotovoltaik
terbesar di dunia. Proyek surya melebihi 1 GW sedang dikerjakan, tapi
kebanyakan fotovoltaik dipasang di atap-atap dengan ukuran kapasitas kecil,
yakni kurang dari 5 kW, yang terhubung dengan saluran listrik menggunakan
meteran net dan/atau tarif feed-in
Itulah
pembahasan singkat mengenai Carakerja, sejarah dan perkembangan teknologi panel
surya. Ternyata panel surya memiliki banyak manfaat, terutama sebagai alat
alternatif untuk mengatasi krisis energi di masa mendatang.
Referensi:
- https://www.kompasiana.com/fauzaniqbal/59f254e728d54e5a79130fe2/sejarah-dan-perkembangan-teknologi-panel-surya?page=all
- https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_surya
- https://www.kelistrikanku.com/2017/01/sejarah-sel-surya-plts-matahari.html
- https://learnsolarblog.wordpress.com/2017/09/11/sejarah-dan-teori-sel-surya/
- http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/Energi-Bersih/Energi_matahari/
- https://sejarahteknologi.wordpress.com/2013/09/17/sejarah-teknologi-panel-surya/
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus