Senin, 01 April 2019

CEKUNGAN FORMASI SEDIMEN BINTUNI, PAPUA


CEKUNGAN FORMASI SEDIMEN BINTUNI, PAPUA

Secara geografis, Papua dibagi menjadi 3 komponen besar, yaitu bagian Kepala Burung(KB), leher burung dan badan burung Papua. Cekungan Bintuni berada di Teluk Bintuni-Papua Barat, tepatnya terletak di bagian kepala-leher burung.


Peta geologi regional Kepala Burung (KB) (Syawal, 2010)

Cekungan Bintuni merupakan cekungan dengan luas ± 30.000 km2 yang cenderung berarah utara-selatan dengan umur Tersier Akhir yang berkembang pesat selama proses pengangkatan LFB ke timur dan blok Kemum dari sebelah utara. Cekungan ini di sebelah timur berbatasan dengan Sesar Arguni, di depannya terdapat LFB yang terdiri dari batuan klastik berumur Mesozoik dan batu gamping berumur tersier yang mengalami perlipatan dan tersesarkan. Di sebelah barat cekungan ini ditandai dengan adanya tinggian struktural, yaitu Pegunungan Sekak yang meluas sampai ke Utara, di sebelah Utara terdapat dataran tinggi Ayamaru yang memisahkan Cekungan Bintuni dengan Cekungan Salawati yang memproduksi minyak bumi. Di sebelah selatan, Cekungan Bintuni dibatasi oleh Sesar Tarera-Aiduna, sesar ini paralel dengan Sesar Sorong yang terletak di sebelah utara KB. Kedua sesar ini merupakan sesar utama di daerah Papua Barat (Anonim, 2014).

Sebagai cekungan yang berada di sekitar tumbukan antara tiga lempeng, yaitu Lem­peng Eurasia, Lempeng Hindia Australia, dan Lempeng Pasifik, Cekungan Bintuni memiliki sejarah tektonik yang sangat kom­pleks. Menurut Lemigas (2009), episode tektonik dan struktur geologi yang berkem­bang tidak dapat dipisahkan dari empat tektonik skala besar yang terjadi di kawasan Timur Indonesia dan Australia, yaitu:

  • Rifting pada Awal Jura di sepanjang batas utara Lempeng Australia (Pulau Papua New Guinea).
  • Rifting Awal Jura di sepanjang barat laut Paparan Autralia termasuk Palung Aru (NW shelf rift).
  • Kolosi Neogen antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, serta subduksi pada Palung New Guinea yang meng­hasilkan jalur perlipatan Papua dan Lengguru.
  • Kolosi Neogen antara Jalur Banda dengan Lempeng Australia yang membentuk Jalur Kepulauan Kumawa-Onin-Misool.


Peta sketsa Elemen Tektonik Daerah Kepala Burung Papua Barat (Lemigas, 2005 dalam Lemigas, 2009).

Semua episode tektonik tersebut berim­plikasi pada kompleksitas tataan struktur di Papua bagian barat terutama di daerah Lengguru dan Babo pada bagian Leher Kepala Burung. Menurut Lemigas (2005, dalam Lemigas, 2009), pola elemen-elemen struktur geologi di Cekungan Bintuni rela­tif sama dengan yang secara umum ada di daerah Kepala Burung, yaitu:

  • Lineasi dengan arah timur-barat sampai barat laut-tenggara yang diwakili oleh sistem sesar naik Misool-Onin.
  • Lineasi dengan arah barat laut-tenggara.
  • Lineasi dengan arah timur-barat yang berasosiasi dengan Sesar Sorong.
  • Lineasi dengan arah utara timur laut-selatan tenggara sampai utara-selatan yang berupa struktur terban Perem.
  • Lineasi berarah utara-selatan yang berasosiasi dengan jalur perlipatan Leng­guru.


STRATIGRAFI REGIONAL
Stratigrafi Pratersier Cekungan Bintuni tidak terlepas dari stratigrafi daerah Kepala Burung secara umum. Menurut LEMIGAS (2009), batuan tertua yang diendapkan adalah Formasi Kemum berumur Silur sam­pai Devon yang seiring perjalanan waktu telah terdeformasi sangat kuat. Sedimen Kelompok Aifam kemudian menumpang di atasnya secara tidak selaras. Kelompok tersebut meliputi Formasi Aimau yang be­rumur Karbon, Formasi Aifat yang berumur Karbon sampai Perem, dan Formasi Ainim yang berumur Perem Akhir sampai Trias Awal. Formasi Tipuma yang berumur Trias sampai Jura Awal menindih secara tidak selaras Formasi Ainim. Endapan Kelompok Kambelangan kemudian menindih diatas Formasi Tipuma secara selaras. Kelompok Kambelangan meliputi Formasi Kambelan­gan Bawah dan Formasi Jass. Dalam Ke­lompok ini, Formasi Kambelangan Bawah yang berumur Jura Tengah sampai Akhir ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Jass yang berumur Kapur Akhir. Di atas Formasi Jass adalah sedimen berumur Tersier

Sedimen Pratersier yang mempunyai potensi menjadi elemen esensial sistem minyak, yaitu batupasir Formasi Tipuma dan Kambelangan Bawah sebagai reservoar, serta serpih For­masi Ainim, Tipuma, Kembelangan Bawah, dan Jass sebagai batuan sumber

Stratigrafi Daerah Kepala Burung Papua Barat

Referensi:

  • Ibrahim, Anditya, Satyana, A.H., Pudyo, N., dan Sunjana, E.S. 2006 Hydrocarbon Discovery in the Frontier Area at Eastern Indonesia: Lessons for Future Discoveries BPMIGAS, Jakarta, Indonesia. AAPG International Conference and Exhibition, Perth, West Australia.
  • Lemigas, 2009. Paleogeografi dan Potensi HC Cekungan Pratersier Daerah Kepala Burung. Pro­gram Penelitian dan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas. Lemigas Jakarta.
  • Panuju et., al.,2012, Zonasi Biostratigrafi Nanoplankton Berumur Coniacian - Maastrichtian (Kapur Akhir) Cekungan Bintuni, Kepala Burung, Papua, 1Exploration Division, PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta Sekretariat Badan Litbang ESDM
 

0 komentar:

Posting Komentar